MUDIK DAN POLUSI

PT Bogor Labs – 2023

Salah satu aspek penting yang merupakan indikator baik dan nyaman atau tidaknya suatu tempat ditentukan dari kualitas udara tempat tersebut. Pencemaran udara merupakan salah satu faktor kerusakan lingkungan yang dapat menurunkan kualitas udara. Pencemaran udara terjadi karena masuknya unsur-unsur berbahaya ke dalam udara atau atmosfer bumi yang dapat berupa padatan halus (debu, pasir, asap dan sebagainya) yang melayang-layang atau berada di atmosfer yang berasal dari asap, pasir/debu dari bahan bangunan, jalan, tanah, dan juga gas pembuangan kendaraan bermotor maupun industri dimana keberadaannya sebagai pencemar udara dapat mengancam kesehatan (Solihah, dkk., 2021 ; WHO, 2018).

Bogor merupakan salah satu kota yang tercemar di dunia (Pun, dkk., 2019). Kedudukan Bogor sebagai wilayah sekitar Ibu Kota Indonesia menjadikan Bogor sebagai incaran para perantau dari berbagai daerah yang datang untuk mengadu nasib. Bogor, dalam kesehariannya, banyak sekali kegiatan yang banyak menyumbang polutan ke atmosfer. Menurut Hanifah pada 1 Oktober 2021 dalam artikelnya yang di muat di laman Berita.99.co, Kota Bogor merupakan wilayah dengan udara paling tercemar, faktor utama yang meningkatkan jumlah pencemar udara di kota Bogor berasal dari emisi kendaraan bermotor (Ananta, 2019). 

Mudik atau pulang kampung pada saat lebaran merupakan suatu tradisi untuk berkumpul bersama keluarga dalam suasana perayaan hari raya Idul Fitri. Fenomena mudik lebaran di Indonesia terjadi karena para perantau berbondong-bondong meninggalkan kota rantauan dan kembali ke kampung halaman. Dalam hal ini, pemudik biasanya menggunakan kendaraan bermotor. Tercatat oleh Kementerian Perhubungan pada tahun 2022 lalu jumlah pemudik yang meninggalkan Jabodetabek sebanyak 2.25 juta kendaraan. Peningkatan frekuensi arus mudik dari Jabodetabek tersebut berimbas pada berkurangnya aktivitas manusia di wilayah Jabodetabek pada periode lebaran tahun 2022 lalu (rentang waktu 25 April 2022 – 9 Mei 2022), hal ini berdampak terhadap meningkatnya kualitas udara di Jabodetabek karena berkurangnya jumlah sumber pencemar (Waryatno, dkk., 2022). Data di atas menunjukkan bahwa hal yang kurang lebih sama akan terjadi setiap tahunnya, dimana tingkat pencemaran udara di Kota Bogor pasti akan menurun saat musim mudik tiba karena diprediksikan mudik 2023 nanti jumlah pemudik yang meninggalkan Kota Bogor sekitar 771.144 kendaraan.

Lalu kemanakah kemanakah polusi udara selama musim mudik tiba?  

Menurut peneliti perubahan iklim dan kesehatan lingkungan Universitas Indonesia, Budi Haryanto saat dihubungi oleh Antara News, pada 26 Maret 2015, tingkat pencemaran udara berpindah ke jalur mudik. Hal ini disebabkan oleh kemacetan. Bila kendaraan melaju dengan kecepatan dibawah 25 km/jam, maka emisi yang dikeluarkan semakin besar sehingga menambah tingkat polusi udara. Sebaliknya, kadar emisi akan minim bila kendaraan dapat melaju pada kecepatan 5 – 100 km/jam.

Kepala Bidang Informasi Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mangasa Naibaho juga mengemukakan hal senada dimana peningkatan gas buang akan meningkat di jalur transportasi arus mudik.

Para pemudik diminta untuk mewaspadai pencemaran udara pada saat mesin kendaraan hidup ketika berhenti akibat kemacetan karena paparan emisi kendaraan saat macet bisa berisiko kematian, ungkap Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safruddin pada Kamis, 22 Juni 2017, Jakarta. Kendaraan berhenti dengan mesin hidup ada potensi pembakaran tidak sempurna yang mengakibatkan emisi hidrokarbon bisa 40-70 % lebih tinggi. Juga ada emisi karbon monoksida dan nitrogen oksida (NOx). Bahkan tingkat pencemaran di dalam kabin mobil justru bisa lima kali lipat lebih tinggi daripada yang berada di luar mobil. Adapun bahan beracun dalam polutan emisi gas buang kendaraan bermotor antara lain Partikulat atau Particulate Matter (PM) 2,5, Sulfur Oksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), karbon monoksida (CO), Ozone (O3), hidrokarbon (HC) dan timbal (Pb).

Adapun bagi penumpang mobil, gejala keracunan CO yaitu pusing-pusing. Lama-kelamaan bisa lemas, mengantuk, dan bisa berakibat kematian. Orang yang berada di luar mobil lebih terpapar PM 2,5 dan NOx, diawali dengan gejala sakit dan sesak pada rongga pernafasan.

Lalu tindakan apa yang seharusnya dilakukan?

Dalam keadaan macet, apabila terjebak dalam kendaraan, apabila kendaraan bermotor berhenti selama 1 menit, mesin harus dimatikan. Kalau lebih dari 30 menit, harus keluar dan menjauh sekitar 30 – 35 meter dari kendaraan.

Kondisi udara yang tercemar yang dihirup oleh para pemudik tidak terlalu parah bila ada angin bertiup kencang pada area tersebut, hal ini disebabkan karena udara tercemar dapat terdistorsi kemana-mana dan terencerkan konsentrasinya bila tertiup angin dengan kecepatan lebih dari 5 knot alias 9,26 km/jam, apalagi pada area terbuka seperti jalan tol, tanah lapang, atau pantai.

Namun, meskipun begitu, dihimbau kepada para pemudik agar tetap menggunakan masker pada saat sedang beristirahat di rest area karena banyaknya jumlah volume kendaraan yang kemungkinan akan parkir beristirahat saat perjalanan mudik dan jangan lupa untuk selalu mencari udara terbuka saat sedang terjadi kemacetan, bila gejala keracunan diatas terasa, baiknya berhenti dan mencari posko kesehatan terdekat.

Selamat mudik dan berlibur lebaran tahun 2023 dengan keluarga ! 🙂